Skip to main content

Potential Solutions to Global Food Crisis


Krisis pangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan dalam mengakses, memperoleh, atau membeli makanan. Salah satu sumber utama dari krisis pangan yang terjadi di dunia adalah adanya ketidakseimbangan antara peningkatan jumlah penduduk dengan usaha untuk tentap menjaga ketersedian pangan sekaligus pelestarian lingkungan beserta ekosistemnya secara berkelanjutan. Masalah pertumbuhan jumlah manusia yang pesat juga diperparah dengan terjadinya kelangkaan air bersih, erosi/kerusakan tanah, dan perubahan iklim. Masalah-masalah tersebut kian memacu problema krisis pangan global.

Fraser, dkk. dalam artikel jurnal yang berjudul "Biotechnology or Organic? Extensive or Intensive? Global or Local? A Critical Review of Potential Pathways to Resolve the Global Food Crisis" mengkaji berbagai perspektif dalam menyelesaikan isu krisis pangan beserta opini yang saling bertolak belakang terkait perspetif tersebut.

Menurut Fraser, dkk., krisis pangan dapat disebabkan oleh dua hal:
1. Produksi pangan yang rendah
2. Lemahnya kekuatan politis
Maksud dari poin ini adalah dikarenakan adanya ketidakseimbangan dalam power sekelompok orang dalam memperoleh akses terhadap pangan. Hal tersebut menyebabkan ada sekelompok orang yang sangat mudah mendapatkan kebutuhan pangannya dan di sisi lain ada kelompok yang sangat kesulitan mendapatkan akses pangan. Ini yang membuat misalnya kasus kelaparan di dunia masih ada, tetapi di belahan dunia lain, kasus kelebihan asupan pangan (obesitas) dan banyaknya pangan yang terbuang juga exist

4 Perspektif Masalah dan Solusinya

Pertama: Teknologi untuk Meningkatkan Produksi Pangan
Pada perspektif ini, ketidaksediaan pangan dianggap sebagai permasalahan utama dalam krisis pangan. Oleh karena itu, dibuat solusi berupa tanaman transgenetik. Salah satu bentuk aplikasinya adalah di negara India, yaitu dengan menciptakan bibit transgenik yang dapat beradaptasi dengan kondisi tanah yang rendah fosfor. Namun, terdapat penolakan aplikasi dari bibit transgenik ini karena concern transgenetik yang dapat menyebabkan penyakit. Mereka juga membantah permasalahan ketidaksediaan pangan dengan menyatakan bahwa sebenarnya produksi pangan telah dapat mencukupi kebutuhan kalori rerata setiap orang, yaitu sebesar 2200 kcal per hari. Namun permasalahannya terletak pada masih banyaknya makanan yang terbuang, baik dari distribusi bahan pangan segar hingga dari makanan yang telah diolah.

Kedua: Disitribusi pangan merata
Perspektif solusi kedua ini didasari pada fakta bahwa di dunia sebanyak 800 juta orang mengalami obesitas. Namun, masalah gizi butuk ternyata juga masih ada. Penyebab dari masalah ini adalah disebabkan lemahnya kekuata politis tadi dan tren penggunaan bahan pangan dan/atau lahan tanam untuk produksi bioenergi. Menghadapi permasalahan tersebut, ada beberapa solusi yang ditawarkan.
1. Mengurangi bioenergi
Namun, kelemahan dari solusi ini adalah kemungkinan harga bahan bakar yang otomatis berpengaruh ke harga pangan
2. Memberikan bantuan makanan
Tapi solusi ini berpotensi dapat merugikan petani lokal. 
3. Mengurangi konsumsi daging
Solusi ini didasari bahwa banyak sekali lahan yang sebenarnya dapat digunakan untuk menanam bahan pangan manusia namun menjadi beralih fungsi sebagai tempat hewan ternak maupun lahan tumbuhan untuk pakan ternak.

Ketiga: Kedaulatan pangan lokal
Terdapat pendapat bahwa peralihan sumber pemasok bahan utama dari industri besar ke pangan lokal dapat menyelesaikan krisis pangan karena beberapa dampak pisitif yang diberikan. Namun, ada juga yang berargumen bahwa pangan lokal memiliki keterbatasan yang industri besar bisa berikan. Berikut jabarannya. 

Pangan lokal:
menggunakan cara konvensional dengan hasil beragam (biological diverse farm)
+ Lingkungan aman
+ Penghubung ikatan sosial
+ Kedaulatan pangan terjamin

Industri besar:

- Tidak konvensional
- Lingkungan rusak
- Penggunaan energi tinggi
+ Hasil panen banyak
+ Pendistribusian luas

Kedua aspek postif dari industri besar tersebut tidak dapat diberikan oleh sumber pangan lokal, karena produksinya yang berskala kecil dan low processed sehingga tidak bisa didistribusikan secara luas.

Keempat: Kegagalan Pasar, Kebijakan, dan Peraturan
Dalam perspektif ini, ditekankan adanya perbedaan kepentingan yang saling bertolak belakang dan berpotensi memberikan dampak merugikan ke pihak lain. Hal ini berdampak ke bagaimana arah kebijakan dan peraturan yang harus diterapkan oleh pemerintah dalam upaya mengatasi permasalahan krisis pangan.

Kesimpulan

Sulit bila hanya memihak ke satu sisi solusi dari setiap perspektif permasalahan krisis pangan yang ada. Ini karena, setiap sisi memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Sehingga, daripada harus memilih satu sisi, diperlukan kerja sama dan perpaduan dari setiap sisi solusi yan ada sehingga dapat diperoleh solusi yang terbaik dan paling sesuai di setiap kondisi aplikasinya.

Sumber:
Fraser, E., Legwegoh, A., Krishna, K. C., CoDyre, M., Dias, G., Hazen, S., ... & Sneyd, L. (2016). Biotechnology or organic? Extensive or intensive? Global or local? A critical review of potential pathways to resolve the global food crisis. Trends in Food Science & Technology, 48, 78-87.

Comments

Popular posts from this blog

Fermentasi dalam Pembuatan Wine

Fermentasi adalah salah satu cara pemrosesan bahan pangan dengan memanfaatkan mikroorganisme (bakteri atau jamur) atau enzim yang dihasilkan oeh mikroorganisme. Contoh penerapan dari fermentasi yang memanfaatkan mikroorganisme, yaitu pada pembuatan wine. Wine Wine bisa dibuat dari beberapa bahan dasar, terutama buah-buahan , seperti anggur, berry-berry-an bahkan pisang. Red wine and White wine Wine dengan bahan dasar anggur terdiri dari 2 jenis, wine merah ( red wine)  dan wine putih ( white wine ).  Red wine  terbuat dari anggur merah, sedangkan white wine   terbuat dari anggur putih. Sumber :  http://www.millfieldwines.com/red-or-white-making-the-right-decision/ Cara pembuatan wine dari anggur Pembuatan wine dengan bahan dasar anggur memanfaatkan yeast atau ragi  Saccharomyces cerevisiae . Berikut adalah tahapan dalam pembuatan wine. 1. Anggur dihancurkan hingga terbentuk jus. 2. Menambahkan gula dan yeast ke dalam jus. Yeast atau ra...

Pameran Produk Mahasiswa Universitas Surya

Pada hari Rabu tanggal 25 Juli 2018, mahasiswa  Nutrition and Food Technology  Universitas Surya mengadakan pameran produk hasil tugas mata kuliah Keterampilan Manajemen.  Kunjungan ke display produk dodol durian "Dolan" Terdapat total 13 produk makanan yang dipamerkan, yaitu: Abon Ikan "Bon Bon" Permen Cokelat "Chocoday" Dodol Durian "Dolan" Telur Gabus Manis "Gaju" Enting-Enting Gepuk "Genting" Kastengel "Kaasstle" Nastar "Nastahhh" Opak Singkong "Oppa" Ampyang "Palmnotte" Emping Melinjo "Ping-O" Sambal Tempe Kering "Satempe" Sumpia "Tiga Saudara" Wajik "Wadjiek"