Revolusi hijau di India dilakukan guna mengatasi masalah kelaparan, yaitu dengan meningkatkan produksi pertanian. Dalam upaya tersebut, terjadi moderenisasi besar-besaran sistem pertanian di India, terlihat melalui penggunaan pupuk kimia dan insektisida, sistem irigrasi masif, bibit transgenik, dan sebagainya. Di satu sisi, revolusi hijau ini mampu meningkatkan hasil pertanian negara India. Namun, seiring berjalannya waktu, timbul dampak yang tidak diinginkan. Sistem pertanian monokultur membuat tanah menjadi tidak subur dan terjadi ketidakseimbangan dalam ekosistem. Sistem irigrasi masif juga menyebabkan terkikisnya air tanah. Penggunaan pupuk kimia dan insektisida yang terbawa ke tanah dan perairan mencemari lingkungan. Hal tersebut membuat produksi kembali menurun. Petani India pun harus mengeluarkan cost lebih, baik itu dalam membeli peralatan, pupuk kimia, dan insektisida yang lebih banyak. Banyak petani yang terlilit hutang besar dan akhirnya memilih untuk bunuh diri.
Kasus tersebut kemudia mendorong seorang aktivis perempuan asal India, Vandana Shifa mendirikan organisasi non-pemerintah, Navdanya. Organisasi tersebut mempromosikan konservasi penyimpanan benih oleh petani. Navdanya tidak setuju dengan tanggapan perusahaan seperti Monsanto yang mematenkan benih-benih hasil rekayasa sebagai hak kekayaan intelektual dan melarang petani untuk menyimpan benih. Sistem tersebutlah yang menyebabkan hilangnya kebebasan benih (seed sovereignty).
Dalam buku yang berjudul "Seed Sovereignty, Food Security: Women In The Vanguard Of The Fight Against GMOs And Corporate Agriculture", dibahas mengenai bagaimana usaha dalam mencapai kedaulatan benih dan keamanan pangan ini diperjuangkan di beberapa negara, yaitu melalui penolakan terhadap produk transgenik (GMO) dan agrikultur perusahaan besar.
1. Ethiopia, Tigray
1. Ethiopia, Tigray
Permasalahan:
*Kekeringan: curah hujan 50 mm/jam
*1/3 rumah tangga dikepalai wanita yang dilarang untuk bertani, berpendidikan rendah
Solusi:
*Agroekologi
Pembuatan kompos, pengepakan parit, penanaman pohon
*Pemberdayaan wanita
Mondorong dan melatih perempuan dalam menemam
benih dan beternak
2. Niger
Permasalahan:
*2/3 lahan kering
Solusi:
*Agroforestry untuk regenerasi alami
3. India
Permasalahan:
*Ketahanan pangan
*Kedaulatan benih
Solusi:
*Bank benih sebagai upaya bebas dari ketergantungan dengan perusahaan
Navdanya telah menghasilkan 5 ribu varietas beras, gandum, kacang, millet, sayuran, dan tanaman obat yang telah dilestarikan
*Peralihan ke
pertanian non-pestisida (tahun 2004)
Andhra Pradesh sebagai ibukota pestisida dunia
*Pembentukan Divers Women for Diversity
Pemberdayaan perempuan dalam memajukan keanekaragaman hayati, budaya dan percakapan keamanan pangan dan air
4. Brazil
Program MST (Landless Workers Movement)
*Mendorong kepemilikan lahan terdispersi
*Koperasi dengan pengelola petani kecil
*Agroekologi - membangun hubungan manusia-alam
*Promosi kesetaraan gender
Koordinator MST sepasang laki-laki dan perempuan
Pendapat mengenai keberagaman benih ini ternyata cenderung terbelah di 2 bagian dunia. South Global lebih dikenal terbuka terhadap keanekaragaman benih. Berbeda dengan negara North Global seperti Eropa. Pada negara berkembang, dibangun Vavilov Center sebagai tempat keberagaman genetik tanaman.
Negara Eropa memiliki regulasi yang membatasi keberagaman benih, yang mana hanya varietas benih yang diizinkan oleh Community Plant Variety Office (CPVO) yang boleh diperdagangkan, yaitu harus memenuhi aspek distinctness (unik), uniformity (seragam), dan stability (stabil). Selain itu, ada pula kebijakan bahwa benih dapat dipatenkan. Sebagai akibatnya pasar benih sayuran Eropa didominasi oleh Syngenta dan Monsanto. Oleh karenanya, petani menjadi kehilangan kendali atas benih-benih yang akan ditanam.
Muncul beberapa gerakan di negara-negara Eropa dan Amerika, seperti:
1. Perancis: The Peasant Seed Network dan seed bank
2. Swiss: Moratorium penundaan komersialisasi komoditi transgenik selama 5 tahun
3. Italia: Regulasi berdasarkan Konvensi Biodiversitas
Tuscany menjadi wilayah pertama yang menetapkan hukum untuk melindungi sumber daya lokal dan melarang kultivasi komoditi rekayasa genetika di wilayahnya
4. Amerika: organisasi non profit Ta S’ina Tokaheya Foundation (perdayaan benih tradisional Amerika) dan gerakan Mom Across America (edukasi GMO, pelabelan GMO, solusi GMO-free)
Negara-negara South Global juga memiliki caranya masing-masing dalam mendukung keberagaman dan kedaulatan benih. Contohnya di Bangladesh melalui Nayakrishi Andolon yang merupakan gerakan berbasis keanekaragaman hayati, yaitu dengan:
- Tidak menggunakan pestisida dan pupuk kimia
- Manajemen tanah
- Mixed cropping
- Rotasi tanaman untuk manajemen hama dan pengurangan risiko
Sumber:
Shiva, V. (Ed.). (2016). Seed sovereignty, food security: Women in the vanguard of the fight against GMOs and corporate agriculture. North Atlantic Books.
Comments
Post a Comment