Skip to main content

Kontribusi Pertanian Skala Kecil pada Produksi Pangan Global

Kebutuhan pangan yang mencukupi baik secara jumlah maupun kualitas di seluruh belahan dunia menjadi kekhawatiran kini. Hal ini dikarenakan pada tahun 2050, diprediksi populasi manusia meningkat menjadi 9,1 miliar. Sehingga, dibutuhkan tidak kurang dari 70% peningkatan produksi pangan (FAO, 2009).

Agrikultur menjadi penopang dalam usaha pemenuhan pangan secara global. Pertanian kecil berkontribusi sebanya 70% dari total pemenuhan kalori di dunia. Namun, hal ini tidak sejalan dengan peningkatan kesejahteraan dari para petani kecil ini, di mana masih banyak kita temukan petani-petani kecil yang merupakan golongan masyarakat ekonomi rendah.


Samberg, dkk. (2016) melalui penelitiannya yang berjudul "Subnational Distribution of Average Farm Size and Smallholder Contributions to Global Food Production" mengkaji persebaran petani kecil di tiga wilayah, yaitu Amerika Latin, Afrika Sub-Sahara, serta Asia Selatan dan Timur. Pemilihan ketiga wilayah tersebut didasarkan pada pertimbangan perannya dalam 90% pertanian di dunia. Fokus ke pertanian kecil ini juga sesuai dengan tema keberlanjutan dalam sistem pangan. 

Tahapan metode penelitian dari Samberd, dkk. adalah sebagai berikut:  
1. Ekstraksi data dari IPUMS (Integrated Public Use Microdata Series International)
Data yang diambil berupa data sensus rumah tangga, yang mana variabel demografi rumah tangga  di tiap wilayah telah diselaraskan.
2. Penentuan dan klasifikasi pekerjaan responden berdasrkan United Nations’ International Standard Industrial Classification of All Economic Activities
3. Estimasi luas lahan pertanian, sehingga diperoleh daerah pertanian rata-rata (MAA)
MAA merupakan luas lahan pertanian total dalam hektar per jumlah rumah tangga petani.
4. Klasifikasi MAA
Yaitu menjadi daerah perkotaan, pertanian kecil dan sangat kecil, serta pertanian besar dan sangat besar. Pertanian kecil pada penelitian tersebut merupakan pertanian dengan luas lahan kurang dari 5 hektar. 
5. Estimasi kontribusi pertanian kecil dengan menggunakan database dari Earthstat
Untuk menghitung produktivitas pertanian yang idlihat dari 17 tanaman utama yang mencakup lebih dari 85% produksi kalori global, serta mayoritas penggunaan air dan pupuk untuk pertanian. 

Dari ketiga wilayah yang dikaji, terdapat total 83 negara yang diikutsertakan dalam analisis. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa unit pertanian kecil menyumbangkan 28% dari total lahan pertanian yang ada di 83 negara tersebut. Pertanian paling banyak berada di willayah Asia (82%), dilanjutkan dengan Afrika (14%), dan Amerika Latin (4%). Di Asia, sekitar 89% wilayah pertaniannya tergolong ke dalam unit pertanian kecil. Meskipun lahan pertanian kecil memiliki persentase yang cukup besar, namun distribusi tanahnya sangat tidak merata sehingga petani hanya mengendalikan proporsi lahan yang kecil.

Peran pertanian kecil ke produksi pangan pokok cukup besar. Pertanian kecil menyumbang sebanyak 80% produksi beras global, 75% produksi kelapa sawit global, hampir 60% produksi jewawut dan ubi kayu global, serta lebih dari 40% produksi tebu global. Oleh karena itu, unit pertanian kecil ini sangat berperan pada ketahanan pangan suatu negara, terutama di negara berkembang. 

Namun perlu diperhatikan bahwa adanya beberapa keterbatasan pada penelitian yang dilakukan oleh Samberg, dkk. ini, yaitu: 
- Luas lahan sebagai indikator kurang akurat
Ini karena, klasifikasi luas lahan yang tergolong ke pertanian kecil berbeda untuk setiap negara atau wilayah. Sehingga bisa saja luas lahan yan sebenarnya tergolong ke dalam pertanian kecil di suatu negara tidak ikut diperhitungkan dalam penelitian ini, yang mana digunakan batasan luas maksimal 0,5 hektar.
- Kesalahan dalam penentuan pekerjaan
Pada bagian ini dapat terjadi kesalahan dua arah, yaitu karyawan yang bekerja di pertanian besar dapat ikut terhitung (overestimasi) atau masyarakat yang memiliki pertanian kecil namun tidak terhitung karena memiliki sumber pendapatan lain sebagai pendapatan utamanya (underestimasi).
- Faktor lain yang perlu dipertimbangkan
Contohnya pendapatan, kebutuhan hidup, ada tidaknya penggunaan tenaga kerja, dsb.  

Meskipun peran pertanian kecil ini penting, kondisi Kondisi pertanian kecil mereka masih sangat minim mendapatkan perhatian. Sebanyak 2/3 masyarakat miskin dunia bermata pencaharian sebagai petani. Oleh karena itu, dibutuhakan upaya untuk peningkatan kesejahteraan para petani kecil demi mencapai penurunan angka kemiskinan dan pemenuhan ketahanan pangan global.

Sumber:
Samberg, L. H., Gerber, J. S., Ramankutty, N., Herrero, M., & West, P. C. 2016. Subnational distribution of average farm size and smallholder contributions to global food production. Environmental Research Letters, 11(12), 124010.

Comments

Popular posts from this blog

Fermentasi dalam Pembuatan Wine

Fermentasi adalah salah satu cara pemrosesan bahan pangan dengan memanfaatkan mikroorganisme (bakteri atau jamur) atau enzim yang dihasilkan oeh mikroorganisme. Contoh penerapan dari fermentasi yang memanfaatkan mikroorganisme, yaitu pada pembuatan wine. Wine Wine bisa dibuat dari beberapa bahan dasar, terutama buah-buahan , seperti anggur, berry-berry-an bahkan pisang. Red wine and White wine Wine dengan bahan dasar anggur terdiri dari 2 jenis, wine merah ( red wine)  dan wine putih ( white wine ).  Red wine  terbuat dari anggur merah, sedangkan white wine   terbuat dari anggur putih. Sumber :  http://www.millfieldwines.com/red-or-white-making-the-right-decision/ Cara pembuatan wine dari anggur Pembuatan wine dengan bahan dasar anggur memanfaatkan yeast atau ragi  Saccharomyces cerevisiae . Berikut adalah tahapan dalam pembuatan wine. 1. Anggur dihancurkan hingga terbentuk jus. 2. Menambahkan gula dan yeast ke dalam jus. Yeast atau ra...

Pameran Produk Mahasiswa Universitas Surya

Pada hari Rabu tanggal 25 Juli 2018, mahasiswa  Nutrition and Food Technology  Universitas Surya mengadakan pameran produk hasil tugas mata kuliah Keterampilan Manajemen.  Kunjungan ke display produk dodol durian "Dolan" Terdapat total 13 produk makanan yang dipamerkan, yaitu: Abon Ikan "Bon Bon" Permen Cokelat "Chocoday" Dodol Durian "Dolan" Telur Gabus Manis "Gaju" Enting-Enting Gepuk "Genting" Kastengel "Kaasstle" Nastar "Nastahhh" Opak Singkong "Oppa" Ampyang "Palmnotte" Emping Melinjo "Ping-O" Sambal Tempe Kering "Satempe" Sumpia "Tiga Saudara" Wajik "Wadjiek"

Potential Solutions to Global Food Crisis

Krisis pangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan dalam mengakses, memperoleh, atau membeli makanan. Salah satu sumber utama dari krisis pangan yang terjadi di dunia adalah adanya ketidakseimbangan antara peningkatan jumlah penduduk dengan usaha untuk tentap menjaga ketersedian pangan sekaligus pelestarian lingkungan beserta ekosistemnya secara berkelanjutan. Masalah pertumbuhan jumlah manusia yang pesat juga diperparah dengan terjadinya kelangkaan air bersih, erosi/kerusakan tanah, dan perubahan iklim. Masalah-masalah tersebut kian memacu problema krisis pangan global. Fraser, dkk. dalam artikel jurnal yang berjudul "Biotechnology or Organic? Extensive or Intensive? Global or Local? A Critical Review of Potential Pathways to Resolve the Global Food Crisis" mengkaji berbagai perspektif dalam menyelesaikan isu krisis pangan beserta opini yang saling bertolak belakang terkait perspetif tersebut. Menurut Fraser, dkk., krisis pangan dapat disebabkan oleh dua hal: ...