Skip to main content

Analisis Bahan Pangan, Kenapa dan Bagaimana?

Analisis bahan pangan adalah suatu langkah yang sangat penting dilakukan agar makanan bisa memenuhi kriteria dan layak dipasarkan secara luas. Mengapa?
  1. Adanya otoritas. Analisis bahan pangan diwajibkan oleh pemerintah.
  2. Hasil analisis bahan pangan bisa dicatumkan di label bahan pangan (Nutrition facts). 
  3. Mutunya bisa disesuaikan dengan keinginan kita (Quality control).
  4. Memungkinkan untuk dilakukannya pengembangan produk (RND : Research and Development).
Analsis bahan pangan bisa dilakukan dengan tiga cara, yaitu.
1. Uji Fisik
Uji fisik dilakukan untuk mencirikan sifat fisik dari bahan pangan yang dapat dikategorikan menjadi sebagai berikut.
  • Wujud bahan pangan, yaiu padat, cair, dan gas.
  • Tekstur bahan pangan, yaitu keras/lembek, kegetasan (gampang pecah), dan lainnya.
2. Uji Sensoris
Uji sensoris biasanya disebut juga sebagai uji organoleptik. Uji sensoris dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan pangan yang bisa ditangkap oleh kelima pancaindra, yaitu rasa, bau dan warna bahan pangan.Uji sensoris ini dilakukan dengan menggunakan teknik survey. Kegunaan dari uji sensoris ini adalah untuk memastikan produk olahan pangan yang dihasilkan bisa sesuai dengan mayoritas keinginan pasar atau konsumen. Tetapi, uji sensoris ini mempunyai kelemahan, yaitu tingkat akurasinya yang tidak bisa sempurna karena pelaksanaan uji sensoris yang masih banyak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak bisa dikontrol, seperti kondisi emosi, fisik, dan psikis dari para orang-orang yang menjadi target dalam uji sensoris. Selain itu, banyak juga perusahaan atau pabrik yang memperkejakan orang khusus untuk mencoba dan menguji kualitas sensori produknya. Contohya, pada perusahaan rokok yang mempekerjakan orang untuk menilai bau dari tembakau yang akan dipakai dalam produksi rokok. 

3. Uji Kimiawi
Uji kimiawi dilakukan pada bahan pangan untuk mengetahui presentase kandungan kimia pada satu sajian makanan. Hasil uji kimia dapat dicantumkan dalam label makanan. Zat kimiawi yang biasanya diuji dalam bahan pangan yaitu.
a. Uji Kadar Air
Air mempunyai 3 fase, yaitu fase padat (es), cair, dan gas (uap air). Air dengan fase cair lebih banyak dimanfaatkan untuk pertumbuhan mikroba.

Analisis kadar air secara tradisional bisa dilakukan dengan urutan proses sebagai berikut.
  • Timbang massa bahan yang masih basah (Massa awal : M0 )
  • Panaskan bahan yang diuji pada suhu konstan 100°C secara berulang-ulang sampai didapatkan massa konstan. Massa konstan menandakan sudah tidak ada lagi kandungan air di dalam bahan yang diuji.
  • Kadar air = (Massa awal - Massa Konstan)/(Massa awal)  x 100%
Analisis kadar air secara modern dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur. Alat ukur sebelum digunakan harus dilakukan kalibrasi terlebih dahulu sehingga hasilnya bisa akurat. Analisis kadar air menggunakan alat ukur ini disebut sebagai non-destructive test karena setelah melakukan pengujian, bahan pangan yang diuji tidak rusak dan bisa dipakai untuk pengujian selanjutnya.
Alat pengukur kadar air pada biji kopi
Sumber : http://www.coffeelabequipment.com/COFFEEMOISTURE.html
Alat pengukur kadar air pada biji-bijian
Sumber : http://farmelect.com/?m=2&s=5
b. Uji Kadar Mineral
Uji kadar mineral bisa dilakukan dengan membakar bahan yang diuji sampai suhunya 400°C dan sisa abu yang dihasilkan merupakan mineral. Hal ini karena unsur-unsur lain seperti karbon, hidrogen, dan lainnya sudah habis terbakar.

c. Uji Kadar Protein
Salah satu ciri keberadaan protein adalah adanya senyawa NH3 (amonia). Keberadaan unsur Nitrogen dan Hidrogen ini bisa dideteksi oleh dua alat atau metode, yaitu.
  • Metode Kjeldahl
Metode kjeldahl digunakan untuk mengetahui kadar nitrogen yang ada pada bahan yang diuji. Dalam kasus uji protein, kadar nitrogen ini dianggap mewakili kadar proteinnya. Jadi, hasil dari pengujian kadar protein dengan metode kjeldahl ini disebut sebagai kadar protein kasar.
Metode Kjeldahl
Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5ToqF1QCNy7zhoiAITBP6QUwlIFDHJulQqSfE36yDN3fJte5CxlHYKBoaaL8dfdz9-O5Fqh_iuq9aeP8cX055ISHlXnPZ1N-P0Xw9M3e3ecC-Dgwlah3RxIRy5YQMiKQIcLGHq3NO1XY-/s1600/kjeldahl-s-method.jpeg
  • Metode Lowry, merupakan metode yang lebih baru dibandingkan dengan metode Kjeldahl.
d. Uji Kadar Lemak
Salah satu cara untuk mendeteksi kadar lemak dalam suatu bahan pangan adalah dengan mereaksikannya dengan basa (NaOH). Reaksi lemak dengan basa NaOH ini membentuk sabun dan hasil samping gliserol (reaksi saponifikasi).
Reaksi saponifikasi
Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdz3eHlVCjKurn1jFd3lwRwQVFh3pz3SRuUui_UoXjZR4DPfeGVmwFRofaCY5gCm-rlNgP_C6htcetphyTwGlEgxcwApzFPaqfO87hAJoisCC-XzrRI3xNCPZjpHBaKC20wFFm3kpctWMj/s1600/penyabunan.gif
Contoh uji kadar lemak :
  • Kelapa. Daging buah kelapa diekstrak menjadi santan. Santan kelapa lalu dipanaskan hingga semua kandungan airnya habis menguap dan hanya tersisa minyak atau lemaknya.
  • Kedelai. Memakai pelarut heksana untuk mengekstrak minyak kacang kedelai.
e. Uji Kadar Karbohidrat
Setelah melakukan uji kadar air, mineral, protein, dan lemak pada suatu bahan pangan, secara otomatis kandungan karbohidrat pada bahan pangan tersebut merupakan sisa dari presentasenya (100% - jumlah presentase hasil uji kadar kandungan bahan lain yang telah dilakukan. yaitu air, mineral, protein, dan lemak).

Dalam melakukan analisis kimiawi, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu.
  • Akurat
  • Cepat
  • Sederhana
  • Biaya yang sesuai
  • Non-destructive (kalau bisa)
  • Disesuaikan dengan otoritas yang bisa memberikan sertifikasi (contohnya : pemberian label halal di Indonesia yang hanya bisa dilakukan oleh institusi terkait, yaitu MUI).
  • Pengambilan sampel yang mewakili. Hal ini penting dilakukan agar hasil analisis yang dilakukan lebih akurat. Contoh : Perusahaan teh mengunakan bahan dasar daun teh yang dipasok dari berbagai daerah di Indonesia. Tiap daerah itu tentunya mempunyai kondisi dan kandungan mineral dalam tanah yang berbeda-beda, sehingga kandungan dalam daun teh dari daerah-daerah yang berbeda itu pun juga pasti berbeda. Saat melakukan analisis kimiawi, pengambilan sampel daun teh harus mewakili. Presentase sampel daun teh dari tiap daerah harus disesuaikan dengan presentase daun teh dari masing-masing daerah yang digunakan dalam proses produksi perusahaan teh tersebut.
Sumber :
https://himka1polban.wordpress.com/laporan/kimia-pangan/penentuan-kadar-protein-metode-kjeldahl-dan-lowry/
http://www.alatlaboratoriums.com/alat-laboratorium-makanan.html

Comments

Popular posts from this blog

Fermentasi dalam Pembuatan Wine

Fermentasi adalah salah satu cara pemrosesan bahan pangan dengan memanfaatkan mikroorganisme (bakteri atau jamur) atau enzim yang dihasilkan oeh mikroorganisme. Contoh penerapan dari fermentasi yang memanfaatkan mikroorganisme, yaitu pada pembuatan wine. Wine Wine bisa dibuat dari beberapa bahan dasar, terutama buah-buahan , seperti anggur, berry-berry-an bahkan pisang. Red wine and White wine Wine dengan bahan dasar anggur terdiri dari 2 jenis, wine merah ( red wine)  dan wine putih ( white wine ).  Red wine  terbuat dari anggur merah, sedangkan white wine   terbuat dari anggur putih. Sumber :  http://www.millfieldwines.com/red-or-white-making-the-right-decision/ Cara pembuatan wine dari anggur Pembuatan wine dengan bahan dasar anggur memanfaatkan yeast atau ragi  Saccharomyces cerevisiae . Berikut adalah tahapan dalam pembuatan wine. 1. Anggur dihancurkan hingga terbentuk jus. 2. Menambahkan gula dan yeast ke dalam jus. Yeast atau ra...

Pameran Produk Mahasiswa Universitas Surya

Pada hari Rabu tanggal 25 Juli 2018, mahasiswa  Nutrition and Food Technology  Universitas Surya mengadakan pameran produk hasil tugas mata kuliah Keterampilan Manajemen.  Kunjungan ke display produk dodol durian "Dolan" Terdapat total 13 produk makanan yang dipamerkan, yaitu: Abon Ikan "Bon Bon" Permen Cokelat "Chocoday" Dodol Durian "Dolan" Telur Gabus Manis "Gaju" Enting-Enting Gepuk "Genting" Kastengel "Kaasstle" Nastar "Nastahhh" Opak Singkong "Oppa" Ampyang "Palmnotte" Emping Melinjo "Ping-O" Sambal Tempe Kering "Satempe" Sumpia "Tiga Saudara" Wajik "Wadjiek"

Potential Solutions to Global Food Crisis

Krisis pangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan dalam mengakses, memperoleh, atau membeli makanan. Salah satu sumber utama dari krisis pangan yang terjadi di dunia adalah adanya ketidakseimbangan antara peningkatan jumlah penduduk dengan usaha untuk tentap menjaga ketersedian pangan sekaligus pelestarian lingkungan beserta ekosistemnya secara berkelanjutan. Masalah pertumbuhan jumlah manusia yang pesat juga diperparah dengan terjadinya kelangkaan air bersih, erosi/kerusakan tanah, dan perubahan iklim. Masalah-masalah tersebut kian memacu problema krisis pangan global. Fraser, dkk. dalam artikel jurnal yang berjudul "Biotechnology or Organic? Extensive or Intensive? Global or Local? A Critical Review of Potential Pathways to Resolve the Global Food Crisis" mengkaji berbagai perspektif dalam menyelesaikan isu krisis pangan beserta opini yang saling bertolak belakang terkait perspetif tersebut. Menurut Fraser, dkk., krisis pangan dapat disebabkan oleh dua hal: ...